Musang atau Paradoxurus hermaphroditus sejatinya hewan karnivora alias pemakan daging. Tapi, binatang malam yang satu ini juga doyan melahap buah termasuk buah kopi. Musang sangat pintar dalam memilih buah kopi yang terbaik dan matang.
Luwak, sebutan lain musang, terbilang langka di Indonesia. Sebab, binatang ini banyak diburu untuk dijadikan pajangan rumah. Daging musang juga dipercaya banyak orang sebagai obat asma.
Mega Setiawan, peternak musang di Lampung Barat bilang, ada dua jenis musang yang sering dibudidayakan untuk menghasilkan kopi luwak. Yakni, musang bulan atawa tilu dan musang binturung atau musang molen.
Musang bulan berbulu hitam di bagian pipi dan putih di ujung buntut. Adapun musang binturung berbulu hitam dengan sedikit bulu putih di kepalanya. Kedua jenis musang ini hidup liar di Lampung Barat.
Mega memiliki 273 ekor musang di peternakannya seluas 20x20 m². Kebanyakan dari musang itu adalah musang binturung. Soalnya, musang binturung lebih banyak mengkonsumsi kopi ketimbang musang bulan. "Seekor musang binturung bisa makan 10 kilogram buah kopi dalam semalam. Sedangkan, musang bulan hanya 3 kilo," tuturnya.
Namun, hanya musang binturung berumur tua, 12 tahun yang punya kemampuan memilih buah kopi yang baik. Adapun musang bulan, sejak umur tiga tahun mampu memilih buah kopi berkualitas.
Menutur Mega, beternak musang tidaklah sulit, asalkan si peternak punya keahlian khusus. "Peternak harus punya kesabaran tinggi menghadapi ulah liar musang," ucapnya.
Maklum, musang adalah hewan liar yang beranak-pinak di alam bebas. Maka, ketika binatang ini dibawa ke kandang, peternak musang harus mengajarinya makan secara teratur.
Dalam sehari, Mega memberi makan musang-musangnya sebanyak empat kali. Pagi, siang, dan sore hari, ia memberi pepaya, pisang, susu, madu, dan ikan lele. "Waktu malam, baru saya berikan biji kopi merah yang sudah masak, dari jenis arabika juga robusta," kata dia.
Musang butuh habitat baru yang serupa dengan habitat asli. Karena itu, Mega menanam pohon kopi di peternakannya. Mega pun tak kesulitan memasok buah kopi. Sebab, buah kopi robusta, arabika, arobusta, dan liberica melimpah ruah di daerah Lampung Barat.
Musang menelan bulat-bulat buah kopi setelah membuang kulitnya. Di perut musang, buah kopi dicerna oleh enzim khusus. Setelah 2 hingga 12 jam di dalam perut, musang pun mengeluarkan kotoran berikut biji kopi.
Lantas, kotoran itu dijemur di bawah terik matahari sampai kadar air tinggal 20%. "Setelahnya, kita pilih biji kopi luwak kering yang masih utuh dan bersih. Kemudian dijemur kembali sampai kadar air 10%," papar Mega. Penggorengan biji kopi luwak dilakukan bila ada pesanan, agar aroma dan kualitas kopi yang baru saja digoreng bisa bertahan lama.
Luwak, sebutan lain musang, terbilang langka di Indonesia. Sebab, binatang ini banyak diburu untuk dijadikan pajangan rumah. Daging musang juga dipercaya banyak orang sebagai obat asma.
Mega Setiawan, peternak musang di Lampung Barat bilang, ada dua jenis musang yang sering dibudidayakan untuk menghasilkan kopi luwak. Yakni, musang bulan atawa tilu dan musang binturung atau musang molen.
Musang bulan berbulu hitam di bagian pipi dan putih di ujung buntut. Adapun musang binturung berbulu hitam dengan sedikit bulu putih di kepalanya. Kedua jenis musang ini hidup liar di Lampung Barat.
Mega memiliki 273 ekor musang di peternakannya seluas 20x20 m². Kebanyakan dari musang itu adalah musang binturung. Soalnya, musang binturung lebih banyak mengkonsumsi kopi ketimbang musang bulan. "Seekor musang binturung bisa makan 10 kilogram buah kopi dalam semalam. Sedangkan, musang bulan hanya 3 kilo," tuturnya.
Namun, hanya musang binturung berumur tua, 12 tahun yang punya kemampuan memilih buah kopi yang baik. Adapun musang bulan, sejak umur tiga tahun mampu memilih buah kopi berkualitas.
Menutur Mega, beternak musang tidaklah sulit, asalkan si peternak punya keahlian khusus. "Peternak harus punya kesabaran tinggi menghadapi ulah liar musang," ucapnya.
Maklum, musang adalah hewan liar yang beranak-pinak di alam bebas. Maka, ketika binatang ini dibawa ke kandang, peternak musang harus mengajarinya makan secara teratur.
Dalam sehari, Mega memberi makan musang-musangnya sebanyak empat kali. Pagi, siang, dan sore hari, ia memberi pepaya, pisang, susu, madu, dan ikan lele. "Waktu malam, baru saya berikan biji kopi merah yang sudah masak, dari jenis arabika juga robusta," kata dia.
Musang butuh habitat baru yang serupa dengan habitat asli. Karena itu, Mega menanam pohon kopi di peternakannya. Mega pun tak kesulitan memasok buah kopi. Sebab, buah kopi robusta, arabika, arobusta, dan liberica melimpah ruah di daerah Lampung Barat.
Musang menelan bulat-bulat buah kopi setelah membuang kulitnya. Di perut musang, buah kopi dicerna oleh enzim khusus. Setelah 2 hingga 12 jam di dalam perut, musang pun mengeluarkan kotoran berikut biji kopi.
Lantas, kotoran itu dijemur di bawah terik matahari sampai kadar air tinggal 20%. "Setelahnya, kita pilih biji kopi luwak kering yang masih utuh dan bersih. Kemudian dijemur kembali sampai kadar air 10%," papar Mega. Penggorengan biji kopi luwak dilakukan bila ada pesanan, agar aroma dan kualitas kopi yang baru saja digoreng bisa bertahan lama.
0 komentar:
Posting Komentar