Kayu trembesi sekarang banyak dilirik sebagai bahan baku kerajinan dan furnitur pengganti kayu jati. Walau memiliki sejumlah kelemahan dibanding jati, namun teksturnya yang unik membuat kayu ini bisa diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Kayu trembesi bisa menjadi alternatif bahan baku furnitur menggantikan kayu jati. Dengan harga lebih murah dan tekstur kayu yang bagus, kayu trembesi banyak disukai konsumen.
Trembesi atau yang dikenal dengan nama Samanea saman berasal dari genus Albizia. Jenis ini memiliki lingkar pohon mencapai 4,5 meter (m) dengan tinggi rata-rata 30 m sampai 40 m.
Dibandingkan dengan jati, tebal potongan kayu trembesi masih kalah, hanya sekitar 8 cm-12 cm. Adapun jati bisa mencapai 15 cm. "Karena tipis, kayu mudah melengkung," kata Eko Supriyanto, pemilik Nayla Jati Furnicraft.
Di Mulyoharjo, Jepara, Jawa Tengah, Eko menjadikan kayu trembesi sebagai bahan baku meja, kursi, patung elang, dan patung dewi. Hal yang sama dilakukan oleh Herry, perajin kayu asal Yogyakarta.
Herry melihat kayu trembesi memiliki keunikan dan estetika yang tinggi untuk menjadi bahan baku produk mebel. "Dari luar tampak sederhana sehingga terkesan klasik. Tapi fisiknya terlihat kokoh seperti jati," kata Herry yang sudah 10 tahun memproduksi berbagai furnitur dan kerajinan interior dari kayu trembesi.
Furnitur kayu trembesi diukir sehingga memiliki nilai jual lebih tinggi. Selain furnitur seperti meja dan kursi, Herry juga membuat penyekat atau partisi ruangan. Oleh konsumen, penyekat ruangan itu juga sering dipakai untuk hiasan ruangan dengan ditempel ke dinding agar dinding rumah terlihat etnik dan klasik.
Beberapa corak ukiran Herry adalah motif dedaunan juga motif lingkaran, dan cerita pewayangan. Dari sekian banyak motif ukiran yang dibuat, pesanan paling banyak adalah ukiran dengan corak dedaunan, lingkaran dan bunga. Sedangkan cerita pewayangan atau motif wayang banyak dipesan oleh orang tua atau seniman.
Harga produk penyekat ruangan bikinan Herry mulai Rp 2 juta hingga 10 juta tiap unitnya. Selain pasar lokal, produknya juga telah merambah pasar mancanegara seperti Amerika Serikat, Portugal dan Singapura. Dalam seminggu, Herry bisa mengirimkan sekitar 2 sampai 3 unit produk partisi dengan harga rata-rata Rp 5 juta per unit.
Harga produk furnitur kayu trembesi lebih murah dibanding kayu jati sehingga cocok sebagai alternatif dekorasi rumah bergaya minimalis. Harga yang lebih murah ini pula yang menjadikan produk bikinan Herry diminati pasangan keluarga yang baru menikah.
Eko Supriyanto membuat berbagai produk furnitur dari trembesi dengan harga bervariasi. Untuk satu set meja makan dengan lebar 2 m dijual Rp 4 juta, sedangkan untuk ukuran 3 m dijual Rp 5 juta. Kursi dijual Rp 175.000 hingga Rp 250.000, tergantung model.
Pesanan Eko banyak datang dari Jakarta dan Jawa Timur. Selain itu dia juga mengekspor sekitar 10 set meja makan ke Malaysia setiap bulan.
Tak hanya produk mebel atau furnitur, Eko juga mengolah kayu trembesi menjadi produk kerajinan lain seperti patung Dewi Kwan Im. Patung warga keturunan China ini dijual seharga antara Rp 400.000 - Rp 500.000 dengan tinggi 50 cm-60 cm. Ada juga patung bentuk burung elang seharga Rp 1,7 juta dengan tinggi 1,4 m- 1,5 m.
Setiap bulan dia mampu mengirim lima patung elang ke Korea. Dari berbagai kerajinan kayu trembesi ini Eko bisa meraup omzet Rp 20 juta tiap bulan.
Menurutnya, kayu trembesi memiliki estetika yang tinggi karena memiliki serat yang kasar. Serat kasar ini membuat proses pengukiran kayu trembesi lebih sulit. "Diperlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi dalam mengukir kayu trembesi," kata Eko.
Jika proses pengukiran dilakukan dengan sembarangan dan kurang hati-hati, kayu trembesi bisa pecah dan merusak furnitur. Tekstur kayu yang kasar ini pula yang membedakan kayu trembesi dengan kayu jati. Kayu jati lebih mudah diukir karena kuat. "Kayu jati mudah diukir tapi tidak merusak kayu,” kata Eka Andrianto, pemilik dari Green Wood di Solo.
Di pasaran, ada dua jenis kayu trembesi yang biasa dipakai oleh perajin furnitur. Pertama adalah trembesi solid yang berupa kayu potongan asli. Kedua adalah kayu gelondongan atau yang disebut sebagai kayu trembesi campuran.
Sebelum dijadikan bahan baku furnitur, kayu trembesi digergaji sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, kayu diolesi dengan bahan cairan kimia sejenis oli sehingga kayu akan terlihat lebih mengkilat.
Untuk pengeringan, kayu yang telah diolesi bahan kimia tersebut dioven hingga kering, lalu digambar dan dipahat sesuai dengan model. Proses pengerjaan bahan baku kayu sampai siap dibentuk dan diukir sekitar satu sampai dua hari.
Sifat kayu trembesi yang tidak sekuat jati membuat harga kayu trembesi sedikit lebih murah. Selain mudah pecah, kadar minyak yang dihasilkan juga lebih rendah dibanding kayu jati. Kadar minyak menentukan tingkat keawetan kayu. Semakin banyak kadar minyak yang dikandung kayu, maka makin awet kayu itu.
Kelemahan yang dimiliki kayu trembesi yang lain adalah tingkat kelenturan kayu yang lebih tinggi dibanding kayu jati. Tingkat kelenturan ini membuat kayu trembesi tidak bagus untuk dibuat daun pintu. Bila dipaksakan menjadi daun pintu, maka kayu trembesi akan melengkung.
Dengan berbagai kelemahan itu, menurut Eka, kayu trembesi banyak diminati perajin kayu karena memiliki corak yang bagus. "Ada yang bercorak coklat, kuning, dan hitam," lanjut Eka.
Rabu, 25 Mei 2011
Meski tak sekuat jati, kayu trembesi tetap diminati
Diposting oleh
peluang usaha
di
07.10
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
kisah sukses,
peluang usaha
0 komentar:
Posting Komentar