Rabu, 09 Maret 2011

Gatotkaca Menembus Dunia

Wayang sudah mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia. Tak cuma berukuran standar, wayang kulit dan golek juga hadir dalam bentuk mini. Selain dalam negeri, peminatnya juga datang dari luar negeri. Perajin pun mendulang penghasilan besar.

Gatot Kaca dengan otot kawat dan tulang besi menjadi tokoh populer dalam dunia pewayangan. Begitu juga dengan Pandawa, seperti Bima dan Arjuna. Pertunjukan wayang kulit dan golek sering mengangkat epos tentang mereka.

Popularitas Gatot Kaca dan tokoh-tokoh dalam dunia wayang membuat suvenir wayang kulit dan golek banyak diminati orang, termasuk wayang yang berbentuk mini. Tak hanya pencinta pertunjukan wayang saja, melainkan juga orang kebanyakan.


Kehadiran wayang mini merupakan salah satu cara untuk makin mengenalkan budaya asli Indonesia, terutama Jawa dan Sunda, ini hingga mancanegara. Sebab, miniatur wayang juga bisa menjadi hiasan untuk mempercantik ruangan Anda.

Dengan miniatur wayang, "Saya ingin wayang lebih dikenal masyarakat, tidak hanya saat pergelaran berlangsung," kata Muadz Hadsi, perajin miniatur wayang golek di Bandung, Jawa Barat.

Muadz membuat miniatur wayang golek sejak 10 tahun lalu dengan bermacam tokoh, seperti Arjuna, Bima, Gatot Kaca, Rama, dan Shinta. Meski bentuknya mini, ia tetap menghadirkan karakter tokoh wayang yang sama dengan wayang ukuran standar yang biasa dipakai dalam pertunjukan. Mulai dari pahatan wajah hingga pakaian.

Tak hanya itu, Muadz juga menggunakan kayu-kayu pilihan sebagai bahan baku utama wayang golek mininya. Proses pewarnaannya pun tak main-main. "Dengan pewarnaan semprot, wayang kelihatan lebih alami dan bagus," ujarnya.

Dengan kualitas jempol yang ditawarkan Muadz, tak heran miniatur wayang golek buatannya tak hanya disukai pasar lokal saja, melainkan juga pasar luar negeri. Setiap bulan, ia rutin mengirimkan produknya ke China dan Korea Selatan sebanyak 300 wayang golek mini.

Adapun untuk pasar dalam negeri, Muadz mampu menjual 200 wayang golek mini per bulan. Dengan harga mulai Rp 100.000 hingga Rp 500.000 per item, saban bulan ia mampu meraih omzet hingga Rp 50 juta.

Endhi Suryadi asal Bandung, Jawa Barat, juga membuat miniatur wayang golek. "Prospeknya lumayan cerah sebab merupakan seni kreatif dan pemainnya masih relatif sedikit," katanya.

Memulai usaha sejak 2008, Endhi tergerak untuk terjun ke bisnis pembuatan miniatur wayang karena tergiur dengan keuntungannya. Selain itu, dia ingin menjaga kelestarian kesenian tradisional Sunda.
Dengan mempekerjakan 20 orang, Endhi banyak memakai tenaga kerja yang memiliki keahlian membuat miniatur wayang golek. "Namun, banyak juga yang masih awam sehingga perlu di-trainingselama satu bulan dulu," ujarnya.

Endhi mengatakan, untuk membuat satu miniatur wayang golek istimewa, kira-kira membutuhkan waktu paling lama dua minggu. Sementara untuk menghasilkan miniatur wayang golek biasa hanya memerlukan hitungan hari saja.

Harga miniatur wayang golek buatan Endhi mulai dari Rp 10.000 untuk produk gantungan kunci sampai Rp 65.000 untuk ukuran 21 sentimeter. Tak hanya wayang golek mini, Endhi juga kerap melayani pemesanan wayang golek raksasa dengan ukuran mencapai dua meter. "Sebulan bisa ada dua pesanan wayang golek raksasa yang masuk. Harganya bisa Rp 8 juta hingga Rp 10 juta," katanya.
Ditambah penjualan wayang golek mininya, penghasilan Endhi per bulan mencapai Rp 50 juta. Omzet itu baru dari penjualan produk yang pemasarannya ke seluruh Indonesia.

Soalnya, Endhi juga melego miniatur wayang golek buatannya ke sejumlah negara, seperti Kanada, Jerman, dan Belanda. Khusus wayang golek berukuran jumbo, menurutnya, kalau sudah sampai ke tangan pembeli luar negeri, harganya bisa melonjak hingga Rp 20 juta, tergantung motif dan ukurannya. "Selain unik dan khas Indonesia, orang asing sangat suka dengan ukiran-ukiran wayang bentuk mahkota," katanya.

Kalau Muadz dan Endhi memproduksi miniatur wayang golek, Rusmadi membuat wayang kulit mini. Perajin wayang kulit asal Yogyakarta ini menuturkan, untuk membikin wayang kulit mini dibutuhkan bahan baku berupa kulit sapi perkamen dan kayu jati atau mahoni.

Rusmadi biasa membeli kulit sapi lembaran yang sudah disamak dari sebuah pabrik di Magetan, Jawa Timur. "Setiap bulan saya dipasok satu kuintal. Kalau dulu ayah saya bisa beli sampai satu ton," ungkap Rusmadi yang berguru membuat wayang kulit dari sang ayah tercinta.

Adapun bahan baku kayu jati atau mahoni, didapat Rusmadi dari limbah atau sisa-sisa produksi toko furnitur di Bantul, Yogyakarta. Tokoh-tokoh wayang kulit yang digemari masyarakat adalah Pandawa dan Punakawan, semisal Semar, Petruk, dan Gareng.

Tak hanya wayang kulit mini, Rusmadi juga tetap membuat wayang berukuran standar untuk pergelaran wayang ataupun koleksi. Proses produksi wayang kulit mini pertama-tama dengan menggambar motif tokoh pewayangan pada lembaran kulit sapi dengan tinggi 30 sentimeter. Kemudian digunting mengikuti pola, baru dicat. Pada sentuhan akhir, batang kayu dipasang di sosok wayang dari bagian leher sampai sekitar lima sentimeter melewati batas bawah wayang.

Kayu-kayu itu juga dijadikan kelir atau layar tempat memainkan wayang. Tinggi kelir 30 sentimeter dengan panjang 40 sentimeter. "Tokoh wayang disusun berhadapan. Di tengah mereka ada gunungan," tutur Rusmadi

0 komentar:

Posting Komentar